Tantangan Besar Buat Menteri Keuangan Baru

SETELAH satu bulan dibiarkan tanpa Menteri Keuangan yang definitif, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Menteri Keuangan Baru untuk menggantikan Agus Martowardojo yang terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia. Presiden mempercayakan kepada ahli ekonomi muda yang kini menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Muhammad Chatib Basri.

Penunjukan Chatib Basri sebagai Menteri Keuangan bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sejak beberapa minggu terakhir nama Chatib Basri sudah muncul untuk menggantikan Agus Martowardojo. Justru orang bertanya-tanya mengapa Presiden begitu lama untuk mengumumkan dan melantiknya.

Padahal kursi Menteri Keuangan merupakan kursi yang sangat penting. Apalagi dalam situasi seperti sekarang di mana ketidakpastian begitu tinggi. Pemerintah sendiri berniat untuk mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan 2013. DPR sudah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mau membahas RAPBN-P tanpa Menteri Keuangan yang definitif.

Bagi Chatib Basri pekerjaan di Kementerian Keuangan bukanlah pekerjaan yang baru. Saat Sri Mulyani Indrawati menjadi Menteri Keuangan, ia diminta untuk membantu sebagai staf ahli. Itulah yang membuat Chatib Basri sedikit banyak memahami keseharian yang ada di kementerian tersebut.

Kekuatan Chatib Basri adalah pada penguasaan data ekonomi dalam negeri dan luar negeri, serta kemampuan untuk menginterpretasi data tersebut. Kemampuannya untuk menjelaskan pemikirannya dengan bahasa yang sederhana, membuat dirinya dikenal ahli ekonomi yang komunikatif.

Itulah yang akan membuat Chatib Basri mampu menjalankan tugas barunya. Dalam era seperti sekarang, kemampuan untuk bisa menyampaikan pikiran dan meyakinkan orang untuk memahami apa yang hendak dilakukan menjadi kunci keberhasilan. 

Kita tidak boleh lupa bahwa kita sedang hidup di era demokrasi. Setiap orang menuntut transparansi dan akuntabilitas dari setiap kebijakan. Orang selalu mempertanyakan setiap kebijakan yang dikeluarkan, khususnya dampaknya terhadap diri mereka.

Kelemahan pemerintah selama ini adalah tidak cukup piawai untuk menjelaskan dasar pertimbangan dari kebijakan yang dikeluarkan dan tidak mampu meyakinkan masyarakat akan keputusan yang diambilnya. Akibatnya, pemerintah selalu ditantang dan bahkan menjadi bulan-bulanan. Bahkan ketika pemerintah tidak mampu memberikan penjelasan yang masuk akal, pemerintah dianggap tidak memahami persoalan.

Tantangan yang harus dihadapi Chatib Basri di Kementerian Keuangan tidaklah mudah. Ia bukan hanya harus bekerja dalam organisasi yang besar, tetapi dengan orang-orang yang kepentingannya berbeda-beda. Banyak pegawai di Kementerian Keuangan yang berpikir untuk kepentingannya sendiri.

Salah satu yang harus bisa dibenahi adalah di Direktorat Jenderal Pajak. Beberapa kasus korupsi di Ditjen Pajak terjadi berturut-turut. Mereka tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi sedang merekayasa pajak perusahaan. Padahal Ditjen Pajak mempunyai tugas untuk bisa mengumpulkan penerimaan pajak sekitar Rp 1.000 triliun guna menopang pembangunan nasional. 

Tanpa ada pembenahan sikap dan perilaku dari aparat pajak, akan sulit bagi kita untuk meningkatkan tax ratio. Padahal kita sudah bersepakat bahwa pembangunan yang kita lakukan harus ditopang oleh kemampuan sendiri. Masyarakat harus diajak untuk ikut bertanggung jawab membangun negeri ini. Namun apabila aparat tidak mampu menunjukkan integritas dan prinsip keadilan, maka masyarakat tidak akan terpacu untuk patuh membayar pajak.

Hal yang sama berlaku di Direktor Jenderal Bea dan Cukai. Bagaimana penyelundupan bisa dibuat seminim mungkin agar mendorong tumbuhnya semangat berwirausaha di dalam negeri dan itu akan membuka lapangan pekerjaan.

Saat mengumumkan penunjukan Chatib Basri sebagai Menteri Keuangan, Presiden mengingatkan bahwa tugas Menteri Keuangan bukan hanya sekadar menjaga fiskal yang sehat, tetapi mendorong investasi dan pembukaan lapangan kerja. Inilah yang dinilai Presiden belum bisa dijalankan oleh Agus Martowardojo, sehingga Presiden tidak keberatan untuk mendorong Agus ke kursi Gubernur BI.

Dalam beberapa kali dialog di "Economic Challenges", Chatib Basri selalu menyampaikan bahwa kondisi besar perekonomian kita sangatlah menjanjikan. Dari perjalanan mengundang investor ke mancanegara, ia menangkap keinginan besar dari para pemilik modal untuk menanamkan uangnya di Indonesia.

Pekerjaan rumah justru ada pada kita sendiri. Bagaimana kita segera menyelesaikan berbagai kendala yang menimbulkan ketidakpastian, seperti persoalan perizinan dan penyediaan lahan. Juga kemampuan kita untuk segera membangun infrastruktur penunjang ekonomi.

Lagi-lagi persoalan itu akan kembali kepada pengelolaan anggaran. Bagaimana anggaran bisa lebih banyak dialokasikan untuk sektor-sektor yang produktif. Tidak habis hanya untuk membayar subsidi seperti subsidi bahan bakar minyak sekarang ini.

Kita hanya ingin mengingatkan, keberhasilan pembangunan negara tidak bisa dipikulkan ke pundak satu orang saja. Termasuk Kementerian Keuangan tidak mungkin digerakkan oleh seorang Chatib Basri. Dibutuhkan kebersamaan dari sekitar 70.000 pegawai yang ada di Kementerian Keuangan untuk mau bersama-sama membangun negeri ini.

Tugas pertama Chatib Basri adalah bagaimana ia menjadi pemimpin dan juga teman dari 70.000 karyawan Kementerian Keuangan itu. Ia harus menjadi bagian dari organisasi, bukan orang luar yang ditempatkan di Kementerian Keuangan. Akhirnya kita ingin mengucapkan: "Selamat bertugas Chatib Basri".***
metroNews

0 Response to "Tantangan Besar Buat Menteri Keuangan Baru"

Posting Komentar